HME

SEKILAS HIMPUNAN MAHASISWA ELEKTRO FT-UB

Logo HME FT UB

Tahun 1978

Bulan November 1978 Prof.Ir. Soeryono mengusulkan pembukaan Jurusan Teknik Elektro ke pihak Universitas Brawijaya.
Pendirian Jurusan Teknik Elektro ini berdasarkan oleh:

  • Surat Keputusan Dekan Fakultas Teknik UniBraw Nomor: FT.08/Kpts/7 tentang Struktur Organisasi FT. Unibraw.
  • Surat Keputusan Dekan Fakultas Teknik UniBraw: FT.08/Kpts/78 tentang Personalia Pembantu Pimpinan FT Unibraw.

Surat Keputusan tersebut dibuat berdasarkan surat Rektor Universitas Brawijaya yang saat itu dijabat oleh Prof. Dardji Darmodiharjo, SH. No: 2513/B.1/77 tanggal 15 Juli 1977 tentang permohonan persetujuan pembukaan Jurusan Teknik Listrik di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya mulai tahun kuliah 1978.
Jurusan Teknik Elektro pada saat tahun 1978 itu belum mempunyai gedung kuliah, gedung administrasi, gedung laboratorium dan perpustakaan sendiri. Kuliah mahasiswanya masih menempati ruangan bersama dengan jurusan-jurusan lain seperti jurusan Teknik Sipil, Teknik Mesin dan Teknik Pengairan sehingga masa kuliah dan juga pengurusan administrasinya masih bersama pihak Fakultas. Sedangkan para mahasiswa Teknik Elektro yang ingin mengadakan praktikum pada saat itu masih harus mengalami praktikum di laboratorium instansi lain yaitu di Diklat PLN Pandaan.

Tahun 1979

Tahun 1979 Jurusan Teknik Elektro sudah menempati gedung perkantoran sendiri yang saat sekarang ini ditempati oleh Jurusan Teknik Sipil.

Tahun 1980

Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HME) berdiri atas prakarsa seorang dosen lulusan ITS Surabaya yang bernama Ir. Chairuzzaini yang pada awalnya hanya bersifat sementara. Saudara Priyo Wibowo-lah yang kemudian terpilih menjadi Ketua HME sementara tersebut.

Tahun 1981

HME kemudian berkembang ditambah dengan dukungan rekan-rekan mahasiswa yang kondisinya saat itu boleh dikatakan sudah mulai jenuh dengan kondisi perkuliahan yang mereka hadapi dan juga kebutuhan-kebutuhan mereka yang semakin mendesak untuk dipenuhi. Pada periode pertama ini, susunan struktural HME sebenarnya tidak jauh berbeda dengan susunan struktural organisasi di jurusan lain. Dimana pada saat itu boleh dikatakan seorang Ketua Himpunan benar-benar layaknya seorang raja yang memiliki kekuasaan yang sangat luas kepada orang-orang dibawahnya. Struktur semacam ini memang menjadi pola umum sebuah organisasi mahasiswa mengingat pada masa itu masih diberlakukan sistem NKK-BKK oleh pemerintah. Pada periode ini ketua umum HME dipegang oleh Roeshertanto Suroso.

Periode 1998-2003

Pada masa ini terjadi perubahan struktural organisasi HME menjadi sebuah struktur yang diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa Teknik Elektro dalam hal berorganisasi. Dilatarbelakangi oleh semangat reformasi, rekan-rekan mahasiswa pada tahun 1998 yang diwakili oleh Ketua HME periode 1997/1998 saudara Oka Nurbiyan mencoba untuk memfasilitasi keinginan ini.

Angkatan sebagai basis massa informal pun coba dilibatkan dalam permasalahan ini, hingga kemudian lahirnya sebuah badan yang disebut Badan Pekerja Kelembagaan (BPK). Badan inilah yang kemudian mencoba merumuskan format kelembagaan HME yang baru. Hasil rapat BPK kemudian dibawa ke Kongres Mahasiswa Teknik Elektro (yang kemudian disebut Musyawarah Mahasiswa Teknik Elektro) untuk menyepakati segala macam format kelembagaan yang kemudian tertuang dalam bentuk AD/ART. Walaupun diikuti oleh mahasiswa Teknik Elektro dalam jumlah yang sangat sedikit, AD/ART hasil draft BPK pun akhirnya disahkan dengan beberapa perbaikan.

Hingga kini, format kelembagaan HME masih mengacu pada hasil Musyawarah tahun 1998 yang lalu. Beberapa masalah yang perlu diperbaiki pun hingga saat ini masih mendapat perhatian serius. Walaupun masih jarang terlihat, aksi-aksi perbaikan tersebut masih berlangsung hingga sekarang, karena proses untuk menuju yang lebih baik belum selesai, hanya jika napas ini sudah tak lagi berhembus semua akan hilang tak berbekas.

Tahun 2003

Format kelembagaan di Himpunan Mahasiswa Elektro berubah menjadi 2 bagian utama, yaitu BPME (Badan Permusyawaratan Mahasiswa Elektro) sebagai pembuat dan Pengontrol kebijakan dan EME (Eksekutif Mahasiswa Elektro) sebagai Pelaksana Kegiatan.

Tahun 2004

Himpunan Mahasiswa Elektro menempati Gedung baru, yaitu Gedung yang dibuat untuk kegiatan kemahasiswaan. Gedung yang terbagi menjadi dua lantai ini ditempati oleh EME dan beberapa Lembaga Semi Otonom seperti Workshop, RisTIE, dan Forsitek dan untuk masa kepengurusan yang akan datang. Karena LSO masih baru bardiri, maka masih perlu ada adaptasi dan kegiatannya lebih banyak program internal untuk membangun struktural LSO agar menjadi lebih solid.

Tahun 2005-2006

Tahun 2005–2006 Format kelembagaan HME berubah, dimana BPME adalah lembaga tertinggi di lingkungan HME FTUB. BPME memiliki jalur instruktif terhadap EME dan LSO. LSO berada di bawah koordinasi EME.

Tahun 2007-2012

Tahun 2007 terdapat perubahan format kelembagaan berdasarkan hasil Rapat Kelembagaan dan Sidang Umum BPME 2007, yaitu BPME memiliki jalur instruktif terhadap EME. Sedangkan EME sendiri memiliki Garis instruktif terhadap LSO. Dengan model seperti ini, praktis BPME hanya mengawasi Ka-EME sedangkan jalur instruktif Ka-EME terhadap LSO hanya dalam hal program kerja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi keruwetan dalam melaksanakan kegiatan di Himpunan Mahasiswa Elektro. Sedangkan LSO-LSO tetap berhak membuat AD/ART dan merekrut anggotanya sendiri.

koo

Tahun 2013-sekarang

Tahun 2013 terdapat penjelasan lebih detail mengenai alur koordinasi kelembagaan eksekutif di HME yang meliputi Lembaga Otonom (LO) yaitu EME dan Lembaga Semi Otonom (LSO) yaitu Workshop, RisTIE dan Forsitek, berdasarkan hasil Sidang Istimewa 2013, Ka.EME  memiliki garis instruktif terhadap Kabinet EME dan seluruh Ketua Umum LSO. Untuk alur koordinasi antara BPME pada EME dan LSO tetap sama dengan alur koordinasi sebelumnya.

koo

Alur koordinasi  BPME pada EME dan LSO

 

Periode Kepengurusan Ketua Umum HME :

01. 1981 – 1982  Roeshertanto S.

02. 1982 – 1983  Didi Noto Sudjono

03. 1983 – 1984  Sandi P. Prijambata

04. 1984 – 1985  Tri Agus Djoko K.

05. 1985 – 1986  Dwi Poetra Sedjati

06. 1986 – 1987  Irsyat Iffano

07. 1988 – 1989  R. Hendra Setya

08. 1989 – 1990  Bambang Purnama P

09. 1990 – 1991  Kentus Wikanityasa

10. 1991 – 1992  Nur Huda

11. 1992 – 1993  Yogi Triharso

12. 1994 – 1995  R. Sri Widodo

13. 1995 – 1996  Adi Cahyo Nugroho

14. 1995 – 1996  Totok Mardianto

15. 1996 – 1997  Agus Suhadi

16. 1997 – 1998  Oka Nurbiyan

17. 1999 – 2000  Joko Sulistyo

18. 2000 – 2001  Dodi Armansyah

19. 2001 – 2002  Iman Firmansyah

20. 2002 – 2003  Yudi Triwibowo

21. 2003 – 2004  Rendra Kurniawan *)

22. 2004 – 2005  Ardya Rossi F. B.

23. 2005 – 2006  Tatok Winarko

24. 2006 – 2007  Achmad Ainul Yaqin

25. 2007 –  2008  M. Agus Slamet

26. 2008 – 2009  Aski Yuniar Rosadi

27. 2009– 2010   Yusron Fuadi

27. 2010 –  2011   Indra Dwi Hartanto

28. 2011 –  2012  Jody Raditya S.

29. 2012 –  2013  Temmy Nanda Hartono

30. 2013 – 2014  Fery Praditama

31. 2014 – 2015 Ahmad Nurdin Islam

32. 2015 – 2016 Feraldi Alif Pratama

33. 2016 – 2017 Dwi Mukti Bagus Widayanto

34. 2017 – 2018 Gammal Erlangga Kianoka

35. 2018 – 2019 Ahmad Nahla Rialdi

36. 2019 – 2020 Muhamad Rifaldi Putra

37. 2020 – 2021 Muhammad Elvir Eriansyah

38. 2021 – 2022 Daniel Kristo Mula Lambok Pangaribuan

39. 2022 – 2023 Farhan Afif Hanip

 

*) Pejabat sementara

 

 

Leave a Reply